Rosul adalah orang yang pandai
menjaga Lisannya, Rosul adalah suri tauladan bagi kita,Rosul adalah seorang pemimpin
yang jujur dan bijak sana,dan Rosull adalah Manusia pilihan Allah yang sanagt
begitu dekatnya dengan Allah. Oleh sebab itu kali ini DTA akan sedikit membagi
ilmu seputar "BAHAYA LIDAH" .Harus seperti apa yang sebenarnya kita
lakukan? Apa penyebab Lisan itu? Mari kita simak sama-sama
Lidah adalah salah satu nikmat
Allah dan keajaiban penciptaan-Nya. Kecil fisiknya tetapi besar ketaatan atau
kedurhakaannya, sebab kejelasan antara kufur dan iman seseorang hanya diketahui
dari kesaksian lidahnya. Iman dan kufur merupakan tingkatan tertingggi bagi
ketaatan dan kedurhakaan.
Dengan anggota tubuh kecil ini
seseorang bisa menungkapkan kehendaknya dan mengekspresikan perasaannya.
Dengannya ia meminta orang lain untuk memenuhi kebutuhannya, membela dirinya
dan mengungkapkan isi hatinya. Dengannya ia menyapa teman duduknya dan
menghibur sahabat karibnya. Dengannya ia bisa jatuh dan terhina atau bangkit
meraih kehormatannya. Orang yang diam tidak mengungkapkan kebenaran merupakan
setan yang bisu dan dia telah bermaksiat kepada Allah. Orang yang menyampaikan
kebatilan merupakan setan yang berbicara, ia juga bermaksiat kepada Allah.
Secara umum bahaya lisan ada pada
kesalahan dalam berbicara, berdusta, menggunjing, adu domba , bermuka dua,
berkata-kata kotor, berdebat yang tidak ada gunanya, memuji diri sendiri,
membicarakan kebatilan, menyebarkan permusuhan, menyakiti orang lain, menodai
kehormatan orang lain, dan sebagainya. Komitmen bersikap diam memungkinkan
seseorang untuk menghimpun tekad, mengedepankan sikap tenang, fokus untuk
berfikir, berdzikir, beribadah dan selamat dari bahaya lidah, baik di dunia
maupun di akhirat.
Hendaknya seorang mukmin
berhati-hati dari berbagai bahaya lidah tersebut, sebab kelak ia akan dihisab
(diadili) dan mendapat balasan. Allah berfirman (QS. Qaaf: 18) Dan firman Allah
(QS.Al-Israa`: 36)
Nabi juga menjadikan salah satu
tanda kebaikan Islam seseorang adalah tindakannya meninggalkan apa-apa yang
tidak bermanfaat untuk dirinya. Nabi bersabda, (HR. At-Tirmidzi). Ketika
ditanya tentang perkara yang lebih banyak memasukkan orang ke dalam neraka
Rasulullah bersabda, “(HR. At-Tirmidzi dan Ibnu Majah) Saudaraku, perhatikanlah
betapa penting perkara ini, betapa besar bahaya lisan berikut ucapan yang
keluar darinya. Rasulullah bersabda, (HR. Al-Bukhari dan Muslim)
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah
berkata –seakan-akan ia melihat realitas kehidupan orang pada hari ini-,
“Anehnya, seseorang begitu mudah menjaga diri dari memakan makanan haram,
tindakan zhalim, zina, mencuri, minum khamar, melihat yang haram, dan lain
sebagainya, tetapi ia sulit menjaga lidahnya. Kamu bisa melihat orang yang
terpandang dalam urusan agama, ahli ibadah dan seorang zuhud, tetapi ia
mengucapkan kata-kata yang menuai murka Allah, sedangkan dia tidak peduli sama
sekali. Dengan satu kata saja ia bisa tergelincir ke dalam api neraka lebih
jauh dari jarak antara timur dan barat. Betapa banyak kamu melihat orang yang
mejaga diri dari kekejian dan kezhaliman, tetapi lidahnya selalu menodai
kehormatan orang yang hidup dan yang sudah meninggal dunia, tanpa sedikit pun
memikirkan apa yang ia ucapkan.”
Saudaraku, penyakit lidah yang paling
mewabah adalah (menggunjing). Yakni, tindakan anda yang menyebut-nyebut sesuatu
dari saudara anda yang tidak ia sukai bila mendengarnya, baik yang anda
sebutkan itu adalah kekurangan pada fisik, nasab (keturunan), akhlak,
perbuatan, ucapan atau keberagamaannya, bahkan pada pakaian, rumah atau
kendaraannya.
Bergunjing haram hukumnya berdasarkan ijma’ (konsensus)
kaum muslimin, tidak ada yang dikecualikan dari hukum ini selain untuk sesuatu
yang ditegaskan sisi maslahatnya, seperti dalam hal (studi kelayakan para
perawi hadits) atau untuk nasehat. Allah berfirman, (QS. Al-Hujuraat: 12)
Rasulullah menjelaskan tentang
ghibah (bergunjing), sebagaimana yang diriwayatkan dari Abu Hurairah
Radhiyallahu Anhu, bahwa beliau Sallallahu Alaihi wa Sallam bersabda, “Tahukah
kalian apa ghibah itu?” Mereka (para shahabat) menjawab, “Hanya Allah dan
Rasul-Nya yang lebih mengetahui.” Beliau bersabda, “Kamu menyebutkan tentang
saudaramu apa yang tidak dia sukai.” Lalu ditanyakan kepada beliau, “Bagaimana
pendapat engkau bila apa yang aku sebutkan itu ada pada diri saudaraku?” Beliau
bersabda, “Jika apa yang kamu sebutkan itu ada pada dirinya, maka kamu telah
menggunjingnya, dan jika tidak ada pada dirinya, maka kamu telah memfitnahnya.”
(HR. Muslim)
Bergunjing merupakan tindakan
menciderai kehormatan kaum muslimin, padahal Rasulullah Shallallahu Alaihi wa
Sallam telah melarang hal tersebut dalam sabdanya, “Sesungguhnya darah, harta
dan kehormatan kalian haram bagi kalian (untuk diciderai).” (HR. Al-Bukhari dan
Muslim) Dalam hadits lain Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda, “Setiap
muslim atas seorang muslim haram darahnya, harta bendanya, dan kehormatannya.”
(HR. Muslim)
Jauhilah gunjing dalam ucapan maupun pendengaran, sebab
gunjing sebagaimana yang dikatakan Ali bin Hasan, “Bagaikan daging santapan
anjing-anjing peliharaan manusia.”
Saudaraku, gunjing tidak terbatas
pada ucapan semata, melainkan bisa terwujud pada perbuatan, isyarat, kedipan
mata, sindiran, tulisan, dan gerakan. Setiap sesuatu yang bisa dipahami dengan bermaksud
mengunjing orang lain, maka ia adalah gunjing dan hukumnya haram. Berusahalah
untuk membela kehormatan kaum muslimin.
Rasulullah Shallallahu Alaihi wa
Sallam bersabda, “Barang siapa yang menyelamatkan kehormatan saudaranya, maka
Allah akan menyelamatkan wajahnya dari api neraka pada hari kiamat.” (HR. At
Tirmidzi)
Saudaraku, di antara hal yang mewabah di majelis-majelis
pertemuan orang adalah celaan dan mengolok-olok yang hukumnya adalah haram.
Allah Ta’ala berfirman, “Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah suatu kaum
mengolok-olok kaum yang lain, (karena) boleh jadi mereka (yang
diperolok-olokkan) lebih baik dari mereka (yang mengolok-olok), dan jangan pula
perempuan-perempuan (mengolok-olokkan) perempuan lain, (karena) boleh jadi
perempuan (yang diperolok-olokkan) lebih baik dari perempuan (yang
mengolok-olok)…” (QS. Al-Hujurat: 11)
Mengolok-olok adalah tindakan
merendahkan, menghina dan menunjuk aib dan kekurangan orang lain, bisa
dilakukan dengan perbuatan dan ucapan, bisa juga dengan isyarat dan sindiran.
Jenis mengolok-olok yang paling berat adalah mengolok-olok agama Islam dan kaum
muslimin. Karena bahaya dan besarnya masalah ini, para ulama bersepakat bahwa
mengolok-olok Allah, agama-Nya, dan Rasul-Nya adalah tindakan kufur yang besar,
mengeluarkan pelakunya dari agama Islam.
Sebagian orang semakin ‘kreatif’
dalam mencela dan mengolok-olok, ada yang mengolok-olok hijab (jilbab)
muslimah, yang lain mencela penerapan syari’at Islam, ada yang mencaci para
penyeru amar ma’ruf nahi munkar. Sunnah juga tidak luput dari olok-olok mereka,
ada yang mengolok-olok jenggot, ada yang mencela pakaian pendek yang tidak
menutup mata kaki (tidak isbal), padahal keduanya merupakan sunnah Rasulullah
Shallallahu Alaihi wa Sallam.
Untuk mengetahui bahaya
mengolok-olok agama, mari kita simak firman Allah Ta’ala, “Dan jika kamu
tanyakan kepada mereka, niscaya mereka akan menjawab, “Sesungguhnya kami hanya
bersenda gurau dan bermain-main saja.” Katakanlah, “Mengapa kepada Allah, dan
ayat-ayat-Nya serta Rasul-Nya kamu selalu berolok-olok?” Tidak perlu kamu
meminta maaf, karena kamu telah kafir setelah beriman. Jika Kami memaafkan
sebagian dari kamu (karena telah tobat), niscaya Kami akan mengazab golongan
(yang lain) karena sesungguhnya mereka adalah orang-orang yang (selalu) berbuat
dosa.” (QS. At-Taubah: 65-66).
Di dalam asbabun nuzul (sebab
turunnya) ayat, disebutkan bahwa seorang munafik berkata, “Aku tidak melihat
para pembaca Al-Qur`an kita (maksudnya Rasulullah dan para shahabatnya),
kecuali orang-orang yang paling buncit perutnya, paling berdusta lidahnya,
paling pengecut ketika bertemu musuh.” Ucapan ini sampai terdengar oleh
Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam ketika beliau hendak melakukan
perjalanan dan sudah menaiki untanya. Orang munafik tadi berkata, “Wahai
Rasulullah, sesungguhnya kami hanya bergurau dan bermain-main.” Lalu beliau
membaca ayat, “…Mengapa kepada Allah, dan ayat-ayat-Nya serta Rasul-Nya kamu
selalu berolok-olok?…” (QS. At-Taubah: 65)
Allah menjelaskan posisi kaum
pengolok terhadap kaum mukminin dan para pengusung kebaikan, dalam firman-Nya
Ta’ala, “Kehidupan dunia dijadikan terasa indah dalam pandangan orang-orang
yang kafir, dan mereka menghina orang-orang yang beriman. Padahal orang-orang
yang bertakwa itu berada di atas mereka pada hari Kiamat.” (QS. Al-Baqarah:
212)
Rasulullah Shallallahu Alaihi wa
Sallam sendiri telah memperingatkan bahaya-bahaya lidah, beliau bersabda,
“Celakalah orang yang berdusta dengan mengucapkan satu ucapan untuk membuat
orang lain tertawa. Celaka baginya, celaka baginya.” (HR. Ahmad, Abu Dawud, At-Tirmidzi)
Komite Tetap Untuk Riset Ilmiah dan Fatwa, dalam menjawab
pertanyaan tentang masalah seseorang yang berkata kepada orang lain, “Hai
jenggot.” dengan maksud mengolok-oloknya, menyatakan, “Mengolok-olok jenggot
merupakan kemungkaran yang besar. Jika maksud orang tersebut mengatakan, ‘Hai
jenggot’ adalah mengolok-olok, maka itu adalah tindakan kufur. Namun bila
maksudnya adalah memberi julukan bagi orang tersebut agar mudah dikenal, itu
bukan tindakan kufur. Namun demikian, tidak seyogianya seseorang memangggil
dengan panggilan tersebut.”
Syaikh Muhammad bin Ibrahim
berkata, “Sebagian orang pekerjaannya hanya mencari kesalahan ulama, baik yang
ia temui maupun tidak, kemudian ia berkomentar, ‘Seharusnya yang lebih
fleksibel adalah begini dan begini.’ Dikhawatirkan orang tersebut menjadi
murtad, ia mencela mereka hanya karena mereka orang yang taat beragama.”
Kita akan mengakhiri majelis penuh
berkah ini dengan hadits Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam, yang kita
junjung tinggi dengan penuh cinta dan penghormatan, yang kita taruh di depan
pelupuk mata, dan siap diamalkan dan dipraktekkan. Rasulullah Shallallahu
Alaihi wa Sallam bersabda kepada para shahabatnya, “Tahukah kalian siapakah
orang yang pailit itu?” Mereka menjawab, “Seorang pailit bagi kami adalah orang
yang tidak mampunyai dirham dan barang dagangan.” Beliau bersabda, “Seorang
pailit dari umatku adalah orang yang datang pada hari kiamat dengan membawa
pahala shalat, puasa, dan zakat, ia pun datang dan telah mencela ini, menuduh
ini berzina, dan memakan harta milik orang ini, telah menumpahkan darah orang
ini, dan memukul ini. Maka pahala amal baiknya diberikan kepada orang ini dan
orang ini, bila amal kebaikannya telah habis sebelum tuntas bebannya, maka
kesalahan mereka diambil dan diberikan kepadanya, lalu ia dilemparkan ke dalam
neraka.” (HR. Muslim)
No comments:
Post a Comment