A.
Budidaya Buncis
Buncis atau Phaseolus
vulgaris merupakan sayuran buah yang termasuk kedalam kelompok leguminosa.
Budidaya buncis cocok dilakukan di dataran sedang hingga tinggi. Ketinggian
ideal bagi tanaman ini adalah 1000-1500 meter dari permukaan laut dengan suhu
20-25oC. Namun, budidaya buncis masih bisa dilakukan di dataran rendah hingga
400 meter dari permukaan laut.
Budidaya buncis
memerlukan cahaya matahari yang banyak dengan curah hujan sedang. Tanaman ini
cocok dibudidayakan diakhir musim hujan dan awal kemarau. Buncis juga peka
terhadap genangan air sehingga drainase lahan harus benar-benar diperhatikan.
Di Indonesia
terdapat dua tipe tanaman buncis. Ada yang tumbuhnya merambat dan tegak. Buncis
yang merambat bisa memiliki ketinggian hingga 2 meter dan mudah rebah. Oleh
karena itu, perlu bantuan lenjeran bambu untuk menopangnya. Sedangkan tipe yang
tegak tinggi hanya 60 cm dan tidak memerlukan lenjeran bambu untuk tumbuh. Pada
kesempatan kali ini, kami akan menguraikan cara-cara budidaya buncis tipe
merambat.
B.
Pengolahan lahan
untuk budidaya buncis
Pengolahan lahan
untuk budidaya buncis organik sedikit berbeda dengan pengolahan tanah untuk
sayuran daun. Pertama-tama tanah dicangkul untuk digemburkan. Campurkan kapur
secukupnya apabila kondisi tanah asam. Kemudian buat bedengan selebar 1 meter
dengan tinggi 20-30 cm. Jarak antar bedengan 30-40 cm.
Buat lubang
tanam pada bedengan membentuk dua baris dengan jarak antar baris 50-60 dan
jarak dalam baris 30 cm. Masukkan pupuk kandang atau kompos kedalam
lubang-lubang tanam tersebut, kira-kira satu genggaman tangan. Untuk satu
hektar tanaman dibutuhkan sekitar 20 ton pupuk kandang atau kompos. Biarkan
kompos tersebut selama 1-3 hari.
C.
Penanaman dan
Pemeliharaan
Benih yang sudah
siap kemudian dimasukkan pada lubang tanam sebanyak 2 biji/lubang. Lakukan
penyiraman setiap sore sampai benih tumbuh. Selanjutnya penyiraman bisa
disesuaikan dengan kondisi cuaca saat tanam. Setelah itu lakukan pemupukan awal
dengan dosis pupuk kandang 15 ton/hektar, TSP 250 kg /hektar, dan KCl 250 kg
/hektar. Kemudian dilakukan pemupukan lanjut dengan pupuk urea dan ZA dengan
komposisi 1:2 sebanyak 300 kg/hektar. Pemupukan lanjut diberikan saat usia
tanam menginjak 1 dan 3 minggu, masing-masing diberikan setengah dosis.
Pemupukan bisa ditaruh dalam lubang sedalam 10 cm dengan jarak 10 cm dari
tanaman buncis, kemudian tutup kembali dengan tanah. Lakukan juga penyulaman
pada bibit yang tidak tumbuhsebelum 7-10 hari pasca tanam. Cek secara berkala
dan lakukan penyiangan saat sebelum pemupukan dan saat gulma sudah terlalu
lebat. Perhatikan kondisi tanaman dan hindarkan dari hama serta penyakit yang
mampu merusak tanaman. Gunakan pestisida yang tepat sesuai dosisnya. Untuk
rambatan buncis kita bisa menggunakan alternatif lain seperti menggunakan tali
rapia dan bambu sebagai tiang rapia. Karena tanaman buncis sangat rentan dengan
penyakit maka kita perlu lebih teliti dalam pemeliharaannya. Kita bisa
mengontrol keadaan tanaman buncis kita antara satu minggu dua kali.
D.
HAMA DAN PENYAKIT
A. HAMA
1.
Kumbang Daun
Gejalanya daun kelihatan berlubang-lubang
bahkan kadang-kadang tinggal kerangka atau tulang-tulang daunnya saja. Tanaman
menjadi kerdil dan polongnya kecil-kecil.Pengendaliannya : Bila sudah terlihat
adanya telur, larva, maupun kumbangnya maka dapat langsung dibunuh dengan
tangan. Atau dapat juga diberantas dengan insektisida Lannate 25 WP, dengan
konsentrasi 1,5-3 cc/l air atau 300-6001 larutan setiap hektar.
2. Penggerek polong
Gejalanya : polong yang masih muda mengalami
kerusakan, bijinya banyak yang keropos. Akan tetapi, kerusakan ini tidak sampai
mematikan tanaman buncis.Pengendalian : Dilakukan dengan tanam serentak,
usahakan pula tidak ada tanaman inang disekitar tanaman buncis, misalnya tanman
orok-orok perlu juga dilakukan penyemprotan dengan insektisida.
3. Lalat
kacang
Gejalanya : Daun berlubang-lubang dengan arah
tertentu, yaitu dari tepi daun menuju tangkai atau tulang daun, gejala lebih
lanjut berupa pangkal batang yang membengkok/pecah kemudian tanaman menjadi
layu,berubah kuning, dan akhirnya mati yang masih muda. Apabila tidak mati maka
tumbuhnya kerdil sehingga produksinya sedikit.Pengendalian : Setelah biji
buncis ditanam sebaiknya segera diberi penutup jerami daun pisang, penanaman
dilakukan secara serentak. Bila tanaman sudah terserang secara berat maka
segeralah dicabut dan dibakar atau dipendam dalam tanah, apabila erangan belum
terlalu berat maka segeralah diberi insektisida.
4. Kutu
daun
Gejala akan lebih jelas terlihat pada
tanaman-tanaman yang masih muda. Bila serangannya hebat, maka pertumbuhannya Menjadi
kerdil dan batang memutar (mimilin). Daunnya menjadi keriting dan kadang
berwarna kuning.Pengendaliannya dengan cara memasukkan musuh alaminya yaitu
lembing, lalat dan jenis dari Coccoinellidae, atau dengan menggunakan
insektisida Orthene 75 Sp.5. Ulat jengkal semuGejalanya dibawah daun terdapat
telur yang bergerombol. Setelah menetas ulatnya akan memakan daun-daun baik
yang muda maupun yang tua. Daun menjadi berlubang bahkan dapat habis sama
sekali. Akibatnya, tanaman menjadi kerdil karena tidak sempurna melakukan
fotosintetis.Pengendaliannya : dapat dibunuh satu persatu atau dengan sanitasi,
yaitu membersihkan gulma-gulma yang dapat dijadikan sebagai tempat
persembunyian hama tersebut. Bisa juga dengan menggunakan insektisida Hotathion
40Ec.6. Ulat penggulung daunGejalanya daun kelihatan seperti menggulung dan
terdapat ulat yang dilindungi oleh benang sutera dan kotoran. Polongnya sering
pula ikut direkatkan bersama-sama dengan daunnya. Daun juga nampak
berlubang-lubang bekas gigitan dari tepi sampai ketulang utama, hingga habis
hanya tinggal urat-uratnya saja.Pengendaliannya : sebaiknya daun yang terkena
segera dibuang atau dibakar, apabila masih ada serangan maka dilakukan
penyemperotan dengan insektisida. Insektisidanya yaitu Azodrin 15 WSC.
B.
PENYAKIT
1.
Penyakit Antraknosa.Gejala :
- Polong Buncis muda terdapat bercak-bercak
kecil dengan bagian tepi warna coklat karat dengan warna kenerah-merahan.
Bentuknya tidak beraturan antara yang satu dengan yang lain, bila udara lembab
akan terdapat spora yang berwarna kemerah-merahan.
- Pengendaliannya :Sebaiknya dipilih bibit yang
benar-benar bebas dari penyakit atau dapat juga dengan merendam benih dalam
fungisida Agrosid 50SD sebelum ditanam. Dengan penyemperotan fungisida Delsene
Mx200, konsentrasi 1-2 gr/lt air. Juga bisa dengan fingisida Velimek 80WP
dengan konsentrasi 2-2,5gr/lt air.
2. Penyakit Embun Tepung
Gejala : Daun, batang, bunga dan buah berwarna
putih keabuan (kelihatan seperti kain beludru).Pengendaliannya :Bagian yang
sudah terserang sebaiknya dipotong atau dibakar. Dapat juga disemprot dengan
fungisida Morestan 25WP, konsentrasinya 0,5 - 1 gr/lt air dan volume larutan 1.000
lt/ha.
3. Penyakit Layu
Gejala : Tanaman akan terlihat layu, kuning dan
kerdil. Bila batang tanaman yang diserang dipotong melintang, maka akan
terlihat warna coklat atau dipijat akan keluarlah lendir yang berwarna
putih.Pengendaliannya :Dilakukan dengan cara menyiram tanaman dengan air yang
bebas dari penyakit, bila hendak membuat persemaian lebih baik tanah
disterilisasi dulu dengan air panas 100o C. Dilakukan dengan penyemprotan
fungisida Agrept 20 WP dengan konsentrasi 0,5 - 1/lt air.
4. Penyakit Bercak daun
Gejala : Daun bercak kecil berwarna coklat
kekuningan lama kelamaan bercak akan melebar dan bagian tepinya terdapat pita
berwarna kuning. Akibat lebih parah, daun akan menjadi layu dan berguguran.
Bila sampai menyerang polong, maka polong akan bercak kelabu dan biji yang
terbentuk kurang padat dan ringan.Pengendaliannya :Benih buncis direndam dulu
dalam air panas dengan suhu 48 C selama 30 menit. Bilas dengan air dingin dan
keringkan. Dengan penyemprotan menggunakan Baycor 300EC, konsentrasi 0,5 - 1
lt/ha. Bisa juga menggunakan Bayleton 250EC, konsentrasi 0,25-0,5 lt/ha.
5.
Penyakit Hawar Daun
Gejala : Pertama-tama terlihat bercak kuning
dibagian tepi daun, kemudian meluas menuju tulang bagian tengah. Daunnya
terlihat layu, kering dan coklat kekuningan. Bila serangannya hebat, daun
terlihat berwarna kuning, seluruhnya dan akhirnya rontok, gejala tersebut dapat
meluas kebatang, sehingga lama kelamaan tanaman akan mati.Pengendaliannya
:Dengan cara memilih benih yang berkwalitas baik. Perendaman benih dalam
Sublimat dengan dosis 1gr /Lt air selama 30 menit.
6.
Penyakit Busuk Lunak
Gejala : Daun bebercak, berair warnanya menjadi
kecoklatan. Gejala ini cepat menjalar ke seluruh bagian tanaman. Sehingga
tanaman menjadi lunak, berlendir dan berbau busuk.
Pengendaliannya :Tanaman yang sudah terserang
berat sebaiknya dibuang dan di bakar, dapat dilakukan dengan menyemprotkan
Cupravit OB-21, dengan konsentrasi 4gr/lt air, Delsene Mx200, konsentrasi 2-4
gr/lt air.
7.
Penyakit Karat
Gejala : Pada jaringan daun terdapat
bintik-bintik kecil berwarna coklat, baik dibagian daun sebelah atas maupun
sebelah bawah. Biasanya dikelilingi dengan jaringan khlorosis.Pengendaliannya
:Dapat ditanam varitas buncis yang tahan dengan penyakit karat yaitu ; Manoa
Wonder. Tanaman yang terserang berat sebaiknya dicabut dan dibakar.
8.
Penyakit Damping Of
Gejala : Bagian batang bawah yang terletak
dibagian keping biji terlihat berwarna putih pucat karena mengalami kerusakan
khlorofil.Pengendaliannya :Siram tanaman dengan air yang bebas penyakit, media
semai yang dipakai juga yang telah disterilkan terlebih dahulu. Bisa juga
menggunakan Antracol 70WP, konsentrasi 2gr/lt air, volume larutan 600-800
lt/ha.
9. Penyakit Ujung Kriting
Gejala : Daun-daun muda menjadi kuning dan
keriting, sedangkan daun yang sudah tua menggulung / melilin.Penegndaliannya
:Dengan menanm tanaman yang resisten (tahan penyakit). Apabila tanaman yang
sudah terserang penyakit, sebaiknya segera dicabut atau dibakar.
E.
Pemanenan
Setelah 60-70 hari buncis
siap dipanen dengan interval panen 4–5 kali panen. Masa produktif buncis bisa
mencapai tiga bulan, setelahnya tanaman buncis kurang produktif sehingga harus
diganti. Rata-rata hasil panen per hektarnya bisa mencapai 24-40 ton/hektar.
Panen terbaik dilakukan setelah 2-3 minggu sejak bunga mekar.
Selamat
Mencoba
No comments:
Post a Comment