Pada kali ini saya akan menjelaskan pengertian riya menurut bahasa dan istilah.
Riya menurut bahasa adalah menampakan. Sedangkan menurut istilah Riya adalah melakukan ibadah dengan niat supaya ingin dipuji manusia, dan tidak berniat beribadah karena Allah. Al Hafiah Ibnu hajar Alsqo’ani dalam kitabnya Fathul Baari berkata “ Riya ialah menampakan ibadah dengan tujuan dilihat manusia, lalu mereka memuji pelaku amalan itu”.
Menurut Imam Al Ghozali riya adalah mencari kedudukan pada mereka hal-hal kebaikan.
Menurut Imam Habib Abdullah Hadad berpendapat bahwa riya adalah menuntut kedudukan atau meminta dihormati dari pada orang ramai dengan amalan yang ditujukan untuk akhirat.
Dengan demikian, riya dapat disimpulkan bahwa Riya adalah:
Melakukan amal kebaikan bukan karena niat ibadah kepada Allah, melainkan dengan manusia dengan cara memperlihatkan amal kebaikan kepada orang lain supaya mendapat pujian atu penghargaan, dengan harapan agar orang lain member penghargaan .
Dan Riya terbagi dalam dua tingkatan. Yang pertama yaitu
Riya' Kholish.
1. Riya Kholis yaitu : Melakukan ibadah semata-mata hanya untuk mendapatkan pujian dari manusia.
Yang kedua yaitu Riya' Syirik.
2. Riya' Syirik yaitu : Melakukan perbuatan karena niat menjalankan perintah Allah SWT, dan juga karena untuk mendapatkan pujian dari manusia. Kedua-Nya bercampur menjadi satu, itulah Riya' Syirik.
Riya' bisa muncul didalam diri seseorang pada saat setelah atau sebelum suatu ibadah selesai dilakukan.
Perbuatan Riya bila dilihat dari sisi amal/citra yang ditonjolkan menurut Imam Al-Ghazali dapat terbagi 5 kategori.
1. Riya dalam masalah agama dengan penampilan jasmani. Misalnya, memperlihatkan badan yang kurus dan pucat agar disangka banyak melakukan ibadah puasa dan ibadah shalat tahajud.
2. Riya dalam penampilan tubuh dan pakaian. Misalnya memakai baju koko agar disangka shaleh atau memperlihatkan tanda hitam di dahi agar disangka rajin dalam melakukan ibadah sholat
3. Riya dalam perkataan. Misalnya orang yang selalu bicara tentang keagamaan agar disangka ahli agama.
4. Riya dalam perbuatan. Misalnya orang yang sengaja memperbanyak ibadah shalat sunnah di hadapan orang banyak agar disangka orang sholeh. Atau seseorang yang pergi naik haji/umroh untuk memperbaiki Citranya didepan masyarakat.
5. Riya dalam persahabatan. Misalnya orang yang sengaja mengikuti ustadz ke manapun beliau (ustadz) itu pergi agar ia disangka termasuk orang alim.
Jangan biarkan pahala ibadah-ibadah yang susah payah/sulit kita kumpulkan/dapatkan hilang tanpa arti dan berbuah keburukkan di karenakan masih ada Riya di Dalam Hati Kita.
Allah SWT mengingatkan di dalam Firman-Nya :
"Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu menghilangkan (pahala) sedekahmu dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti (perasaan si penerima), seperti orang yang menafkahkan hartanya karena riya kepada manusia dan dia tidak beriman kepada Allah dan hari kemudian. Maka perumpamaan orang itu seperti batu licin yang di atasnya ada tanah, kemudian batu itu ditimpa hujan lebat, lalu menjadilah dia bersih (tidak bertanah). Mereka tidak menguasai sesuatu pun dari apa yang mereka usahakan; dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang kafir." (Al-Baqarah: 264).
"Maka kecelakaanlah bagi orang-orang yang shalat, (yaitu) orang-orang yang lalai dari shalatnya, orang-orang yang berbuat karena riya." (Al Maa’uun 4-6).
Semoga Bermanfaat
No comments:
Post a Comment