TERIMAKASIH ATAS KUNJUNGAN ANDA

21 Dec 2015

Akhlak Siswa Terhadap Guru

1.    Akhlak Siswa Terhadap Guru
Siswa adalah orang yang belajar kepada guru, siswa pula yang menentukan kualitas ajar seorang guru. Jika siswanya kurang pintar setelah mendapat pendidikan, maka ada dua kemungkinan, yakni: siswanya kurang mencerna pelajaran yang ditransfer guru (atau sang guru tidak dapat memberikan metode terbaik pada saat pelajaran diberikan), atau sang siswa tidak mampu mengikuti pelajaran yang diberikan guru.
Dua kemungkinan di atas, sangatlah lumrah. Yang pasti sang guru tidak mau disalahkan alias guru beralasan bahwa siswa tersebut memang tidak mampu mengikuti pelajaran (siswanya ber-IQ rendah). Kalau mau jujur, guru pun harus dapat mengevaluasi metode yang digunakan dalam pendidikan, apakah sesuai dengan tingkat kecerdasan, tingkat usia, tingkat emosi dan sebagainya. Hal ini perlu dilakukan oleh seorang guru, agar ilmu yang ditransfer dapat diterima dengan baik. Selain itu seorang siswa pun harus mengakomodir segala yang diberitakan oleh guru dalam segala hal yang berhubungan dengan pendidikan, dengan tujuan agar siswanya itu menjadi orang yang berguna.
Seorang siswa wajib berbuat baik kepada guru dalam arti menghormati, memuliakan dengan ucapan dan perbuatan, sebagai balas jasa atas kebaikan yang diberikannya. Siswa berbuat baik dan berakhlak mulia atau bertingkah laku kepada guru dengan dasar pemikiran sebagai berikut:
Memuliakan dan menghormati guru termasuk satu perintah agama
Sabda Rasulullah SAW yang artinya: “Muliakanlah orang yang kamu belajar darinya”. (HR. Abul Hasan Al-Mawardi), “Muliakanlah guru-guru Al-Qur’an (agama), karena barang siapa yang memuliakan mereka berarti ia memuliakan aku”. (HR. Abul Hasan Al-Mawardi)
Penyair Mesir Ahmad Syauki Bey mengatakan :
“Berdiri dan hormatilah guru, dan berilah ia penghargaan, (karena) seorang guru itu hampir saja merupakan Tuhan”. (HR. Abul Hasan Al-Mawardi)
Guru adalah orang yang sangat mulia
Dalam sejarah nabi disebutkan, bahwa pada suatu hari Nabi Muhammad SAW keluar rumah. Tiba-tiba beliau melihat ada dua majlis yang berbeda. Majlis yang pertama adalah orang-orang yang beribadah yang sedang berdoa kepada Allah dengan segala kecintaan kepadaNya, sedang majlis yang kedua ialah majlis pendidikan dan pengajaran yang terdiri dari guru dan sejumlah murid-muridnya. Melihat dua macam majlis yang berbeda Nabi bersabda: “Adapun mereka dari majlis ibadah mereka sedang berdoa kepada Allah. Jika Allah mau, Allah menerima doa mereka, dan jika Allah mau, Allah menolak doa mereka. Tetapi mereka yang termasuk dalam majlis pengajaran manusia. Sesungguhnya aku diutus Tuhan adalah untuk menjadi guru. (HR. Ahmad)
Guru adalah orang yang sangat besar jasanya dalam memberikan ilmu pengetahuan, keterampilan, pengalaman, dan mental kepada siswa
Bekal ini jika diamalkan jauh lebih berharga dari pada harta benda. Orang yang ingin sukses di dunia dan akhirat harus dengan ilmu. Sabda Rasulullah SAW: “Barang siapa yang menghendaki dunia, wajib ia mempunyai ilmu. Barang siapa yang menghendaki akhirat, wajib mempunyai ilmu. Dan barang siapa yang menghendaki dunia dan akhirat kedua-duanya, wajib juga mempunyai ilmu. (HR. Ahmad)
Dilihat dari segi usia, maka pada umumnya guru lebih tua dari pada muridnya, sedangkan orang muda wajib menghormati orang yang lebih tua
Sabda Rasulullah SAW: “Bukan dari umatku, orang yang tidak sayang kepada yang lebih muda dan tidak menghargai kehormatan yang lebih tua.” (HR. Abu Daud dan Turmudzi)
2.    Cara Berakhlak Terhadap Guru
Banyak cara yang dapat dilakukan seorang siswa dalam rangka berakhlak terhadap seorang guru, di antaranya adalah sebagai berikut:
Menghormati dan memuliakannya serta mengagungkannya menurut cara yang wajar dan dilakukan karana Allah.
·         Berupaya menyenangkan hatinya dengan cara yang baik.
·         Tidak merepotkan guru dengan banyak pertanyaan.
·         Dengan meletihkan guru dengan berbagai pertanyaan dan beban lainnya.
·         Jangan berjalan dihadapannya.
·         Jangan duduk ditempat duduknya.
·         Jangan mulai berbicara kecuali setelah mendapat izin darinya.
·         Jangan membukakan rahasia guru.
·         Jangan melawan dan menipu guru.
·         Meminta ma’af jika berkata keliru dihadapan guru.
·         Memuliakan keluarganya.
·         Memuliakan sahabat karib guru.
3.    Adapun kode etik terhadap guru meliputi :
Ibn jama’ah menyusun kode etik yaitu:
a)      Murid harus mengikuti guru yang dikenal baik akhlak, tinggi ilmu dan keahlian, berwibawa, santun dan penyayang. Ia tidak mengikuti guru yang tinggi ilmunya tetapi tidak saleh, tidak waras, atau tercela akhlaknya.
b)      Murid harus mengikuti dan mematuhi guru. Menurut ibn jama’ah rasa hina dan kecil di depan guru merupakan pangkal keberhasilan dan kemuliaan. Ia memberikan umpama lain, yaitu penuntut ilmu ibarat orang lari dari kebodohan seperti lari dari singa ganas. Ia percaya kepada orang penunjuk jalan lari.
c)      Murid harus mengagungkan guru dan meyakini kesempurnaan ilmunya. Orang yang berhasil hingga menjadi ilmuwan besar, sama sekali tidak boleh berhenti menghormati guru.
d)     Murid harus mengingat hak guru atas dirinya sepanjang hayat dan setelah wafa. Ia menghormati sepanjang hidup guru, meski wafat. Murid tetap mengamalkan dan mengembangkan ajaran guru.
e)      Murid bersikap sabar terhadap perlakuan kasar atau akhlak buruk guru. Hendaknya berusaha untuk memaafkan perlakuan kasar, turut memohon ampun dan bertaubat untuk guru.
f)       Murid harus menunjukkan rasa berterima kasih terhadap ajaran guru. Melalui itulah ia mengetahui apa yang harus dilakukan dan dihindari. Ia memperoleh keselamatan dunia dan akhirat. Meskipun guru menyampaikan informasi yang sudah di ketahui murid, ia harus menunjukan rasa ingin tahu tinggi terhadap informasi.
g)      Murid tidak mendatangi guru tanpa izin lebih dahulu, baik guru sedang sendiri maupun bersama orang lain. Jika telah meminta izin dan tidak memperoleh. Ia tidak boleh mengulangi minta izin. Jika ragu apakah guru mendengar suaranya, ia bisa mengulanginya paling banyak tiga kali.
h)      Harus duduk sopan didepan guru. Missalnya, duduk bersila dengan tawadu’, tenang, diam, posisi duduk sedapat mungkin berhadapan dengan guru, atentif terhadap perkataan guru sehingga tidak membuat guru mengulangi perkataan. Tidak di benarkan berpaling atau menoleh tanpa keperluan jelas, terutama saat guru berbicara kepadanya.
i)        Bekomunikasi dengan guru secara santun dan lemah- lembut. Ketika guru keliru baik khilaf atau karena tidak tahu, sementara murid mengetahui, ia harus menjaga perasaan agar tidak terlihat perubahan wajahnya. Hendaknya menunggu sampai guru menyadari kekeliruan. Bila setelah menunggu tidak ada indikasi guru menyadari kekeliruan, murid mengingatkan secara halus.
j)        Jika guru mengungkapkan satu soal, atau kisah atau sepenggal sair yang sudah dihafal murid, ia harus tetap mendengarkan dengan antusias, seolah-olah belum pernah mendengar.
k)      Murid tidak boleh menjawab pertanyaan guru meskipun mengetahui, kecuali guru memberi isyaratia memberi jawaban.

No comments:

Followers