1.
Akhlak Siswa
Terhadap Guru
Siswa adalah orang yang belajar kepada guru, siswa pula yang menentukan
kualitas ajar seorang guru. Jika siswanya kurang pintar setelah mendapat
pendidikan, maka ada dua kemungkinan, yakni: siswanya kurang mencerna pelajaran
yang ditransfer guru (atau sang guru tidak dapat memberikan metode terbaik pada
saat pelajaran diberikan), atau sang siswa tidak mampu mengikuti pelajaran yang
diberikan guru.
Dua kemungkinan di atas, sangatlah lumrah. Yang pasti sang guru tidak mau
disalahkan alias guru beralasan bahwa siswa tersebut memang tidak mampu
mengikuti pelajaran (siswanya ber-IQ rendah). Kalau mau jujur, guru pun harus
dapat mengevaluasi metode yang digunakan dalam pendidikan, apakah sesuai dengan
tingkat kecerdasan, tingkat usia, tingkat emosi dan sebagainya. Hal ini perlu
dilakukan oleh seorang guru, agar ilmu yang ditransfer dapat diterima dengan
baik. Selain itu seorang siswa pun harus mengakomodir segala yang diberitakan
oleh guru dalam segala hal yang berhubungan dengan pendidikan, dengan tujuan
agar siswanya itu menjadi orang yang berguna.
Seorang siswa wajib berbuat baik kepada guru dalam arti menghormati,
memuliakan dengan ucapan dan perbuatan, sebagai balas jasa atas kebaikan yang
diberikannya. Siswa berbuat baik dan berakhlak mulia atau bertingkah laku
kepada guru dengan dasar pemikiran sebagai berikut:
Memuliakan dan
menghormati guru termasuk satu perintah agama
Sabda Rasulullah
SAW yang artinya: “Muliakanlah orang yang kamu belajar darinya”. (HR.
Abul Hasan Al-Mawardi), “Muliakanlah guru-guru Al-Qur’an (agama), karena
barang siapa yang memuliakan mereka berarti ia memuliakan aku”. (HR. Abul
Hasan Al-Mawardi)
Penyair Mesir
Ahmad Syauki Bey mengatakan :
“Berdiri dan
hormatilah guru, dan berilah ia penghargaan, (karena) seorang guru itu hampir
saja merupakan Tuhan”. (HR. Abul Hasan Al-Mawardi)
Guru adalah
orang yang sangat mulia
Dalam sejarah
nabi disebutkan, bahwa pada suatu hari Nabi Muhammad SAW keluar rumah.
Tiba-tiba beliau melihat ada dua majlis yang berbeda. Majlis yang pertama
adalah orang-orang yang beribadah yang sedang berdoa kepada Allah dengan segala
kecintaan kepadaNya, sedang majlis yang kedua ialah majlis pendidikan dan
pengajaran yang terdiri dari guru dan sejumlah murid-muridnya. Melihat dua
macam majlis yang berbeda Nabi bersabda: “Adapun mereka dari majlis ibadah
mereka sedang berdoa kepada Allah. Jika Allah mau, Allah menerima doa mereka,
dan jika Allah mau, Allah menolak doa mereka. Tetapi mereka yang termasuk dalam
majlis pengajaran manusia. Sesungguhnya aku diutus Tuhan adalah untuk menjadi
guru. (HR. Ahmad)
Guru adalah
orang yang sangat besar jasanya dalam memberikan ilmu pengetahuan, keterampilan,
pengalaman, dan mental kepada siswa
Bekal ini jika
diamalkan jauh lebih berharga dari pada harta benda. Orang yang ingin sukses di
dunia dan akhirat harus dengan ilmu. Sabda Rasulullah SAW: “Barang siapa
yang menghendaki dunia, wajib ia mempunyai ilmu. Barang siapa yang menghendaki
akhirat, wajib mempunyai ilmu. Dan barang siapa yang menghendaki dunia dan
akhirat kedua-duanya, wajib juga mempunyai ilmu. (HR. Ahmad)
Dilihat dari
segi usia, maka pada umumnya guru lebih tua dari pada muridnya, sedangkan orang
muda wajib menghormati orang yang lebih tua
Sabda Rasulullah
SAW: “Bukan dari umatku, orang yang tidak sayang kepada yang lebih muda
dan tidak menghargai kehormatan yang lebih tua.” (HR. Abu Daud dan
Turmudzi)
2.
Cara Berakhlak
Terhadap Guru
Banyak cara yang dapat dilakukan seorang siswa dalam rangka berakhlak
terhadap seorang guru, di antaranya adalah sebagai berikut:
Menghormati dan
memuliakannya serta mengagungkannya menurut cara yang wajar dan dilakukan
karana Allah.
·
Berupaya menyenangkan
hatinya dengan cara yang baik.
·
Tidak merepotkan guru
dengan banyak pertanyaan.
·
Dengan meletihkan guru
dengan berbagai pertanyaan dan beban lainnya.
·
Jangan berjalan
dihadapannya.
·
Jangan duduk ditempat
duduknya.
·
Jangan mulai berbicara
kecuali setelah mendapat izin darinya.
·
Jangan membukakan rahasia
guru.
·
Jangan melawan dan menipu
guru.
·
Meminta ma’af jika berkata
keliru dihadapan guru.
·
Memuliakan keluarganya.
·
Memuliakan sahabat karib
guru.
3.
Adapun kode etik
terhadap guru meliputi :
Ibn jama’ah menyusun kode etik yaitu:
a)
Murid harus mengikuti guru
yang dikenal baik akhlak, tinggi ilmu dan keahlian, berwibawa, santun dan
penyayang. Ia tidak mengikuti guru yang tinggi ilmunya tetapi tidak saleh,
tidak waras, atau tercela akhlaknya.
b)
Murid harus mengikuti dan
mematuhi guru. Menurut ibn jama’ah rasa hina dan kecil di depan guru merupakan
pangkal keberhasilan dan kemuliaan. Ia memberikan umpama lain, yaitu penuntut
ilmu ibarat orang lari dari kebodohan seperti lari dari singa ganas. Ia percaya
kepada orang penunjuk jalan lari.
c)
Murid harus mengagungkan
guru dan meyakini kesempurnaan ilmunya. Orang yang berhasil hingga menjadi
ilmuwan besar, sama sekali tidak boleh berhenti menghormati guru.
d)
Murid harus mengingat hak
guru atas dirinya sepanjang hayat dan setelah wafa. Ia menghormati sepanjang
hidup guru, meski wafat. Murid tetap mengamalkan dan mengembangkan ajaran guru.
e)
Murid bersikap sabar
terhadap perlakuan kasar atau akhlak buruk guru. Hendaknya berusaha untuk
memaafkan perlakuan kasar, turut memohon ampun dan bertaubat untuk guru.
f)
Murid harus menunjukkan
rasa berterima kasih terhadap ajaran guru. Melalui itulah ia mengetahui apa
yang harus dilakukan dan dihindari. Ia memperoleh keselamatan dunia dan
akhirat. Meskipun guru menyampaikan informasi yang sudah di ketahui murid, ia
harus menunjukan rasa ingin tahu tinggi terhadap informasi.
g)
Murid tidak mendatangi guru
tanpa izin lebih dahulu, baik guru sedang sendiri maupun bersama orang lain.
Jika telah meminta izin dan tidak memperoleh. Ia tidak boleh mengulangi minta
izin. Jika ragu apakah guru mendengar suaranya, ia bisa mengulanginya paling
banyak tiga kali.
h)
Harus duduk sopan didepan
guru. Missalnya, duduk bersila dengan tawadu’, tenang, diam, posisi duduk
sedapat mungkin berhadapan dengan guru, atentif terhadap perkataan guru
sehingga tidak membuat guru mengulangi perkataan. Tidak di benarkan berpaling
atau menoleh tanpa keperluan jelas, terutama saat guru berbicara kepadanya.
i)
Bekomunikasi dengan guru
secara santun dan lemah- lembut. Ketika guru keliru baik khilaf atau karena
tidak tahu, sementara murid mengetahui, ia harus menjaga perasaan agar tidak
terlihat perubahan wajahnya. Hendaknya menunggu sampai guru menyadari
kekeliruan. Bila setelah menunggu tidak ada indikasi guru menyadari kekeliruan,
murid mengingatkan secara halus.
j)
Jika guru mengungkapkan
satu soal, atau kisah atau sepenggal sair yang sudah dihafal murid, ia harus
tetap mendengarkan dengan antusias, seolah-olah belum pernah mendengar.
k)
Murid tidak boleh menjawab
pertanyaan guru meskipun mengetahui, kecuali guru memberi isyaratia memberi
jawaban.
No comments:
Post a Comment